cover
Contact Name
asep miftahudin
Contact Email
donztsm@gmail.com
Phone
-
Journal Mail Official
bagas.afyad@gmail.com
Editorial Address
-
Location
Kota adm. jakarta utara,
Dki jakarta
INDONESIA
The Indonesian Journal of Infectious Diseases
ISSN : 23546077     EISSN : 25991698     DOI : -
The Indonesian Journal of Infectious Disese (IJID) is a peer-reviewed journal published by RSPI Prof. Dr. Sulianti Saroso. It specializes in infectious disease : emerging disease, new emerging disease issues and tropical medicine). IJID has been published twice a year in Indonesian since 2013 and started from 2018 IJID will be fully published in Open Journal System (OJS).
Arjuna Subject : -
Articles 5 Documents
Search results for , issue "Vol. 4 No. 1 (2018): The Indonesian Journal of Infectious Diseases" : 5 Documents clear
Perubahan Jumlah CD4 Setelah Enam Bulan Pertama Terapi Antiretroviral di RSPI Prof. Dr. Sulianti Saroso Sri Rahayuni; Nina Mariana; Buchori Lapau; Evy Nurvidiya Arifin; Siti Maemun
The Indonesian Journal of Infectious Diseases Vol. 4 No. 1 (2018): The Indonesian Journal of Infectious Diseases
Publisher : Rumah Sakit Penyakit Infeksi Prof Dr. Sulianti Saroso

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32667/ijid.v4i1.42

Abstract

Latar belakang: Pemberian ARV dapat mengoptimalkan outcome klinis ODHA. Di Indonesia, informasi tentang efek terapi ARV setelah 6 bulan pertama terhadap perubahan jumlah CD4 masih terbatas. Penelitian bertujuan mengidentifikasi perubahan jumlah CD4 setelah 6 bulan pertama pemberian jenis ARV Kombinasi Obat Terpisah (KOT) dan Kombinasi Dosis Tetap (KDT) di RSPI Prof. Dr. Sulianti Saroso periode Januari 2014-Maret 2017. Metode: Desain penelitian adalah kohort retrospektif, jumlah sampel 154, terdiri dari 87 ODHA yang mendapatkan KOT dan 87 KDT. Pengambilan sampel secara consecutive sampling dengan sumber data rekam medis. Setelah data terkumpul, dilakukan analisis univariat, bivariat menggunakan uji Chi Square, dan multivariat dengan regresi logistik. Hasil: Dari 87 yang mendapatkan KOT, 26 (29,9%) CD4 menurun/tetap dan 61(70,1%) meningkat. Sedangkan yang mendapatkan KDT, 3 (3,4%) CD4 menurun/tetap dan 84 (96,6%) meningkat. Pada ODHA yang adherence juga mengalami peningkatan CD4. Ada hubungan yang bermakna pemberian jenis ARV dan adherence dengan perubahan CD4 (p<0,05). Risiko penurunan CD4/tetap 11 kali lebih tinggi pada ODHA yang mendapatkan KOT daripada KDT (95%CI=2,98-41,61), sedangkan risiko penurunan CD4/tetap 6 kali lebih tinggi pada ODHA yang tidak adherence (95%CI=2,10-16,14). Kesimpulan: Perubahan jumlah CD4 dipengaruhi oleh penggunaan ARV KOT atau KDT  dan juga adherence.
Surveilans Pasif dan Aktif Kejadian Infeksi Terkait Pelayanan Kesehatan di RSUD Provinsi NTB, 2017 Eustachius Hagni Wardoyo; Edi Prasetyo Wibowo; I Gede Jayantika; I Gst Alit Rai Sudiadnya; Rolly Armand
The Indonesian Journal of Infectious Diseases Vol. 4 No. 1 (2018): The Indonesian Journal of Infectious Diseases
Publisher : Rumah Sakit Penyakit Infeksi Prof Dr. Sulianti Saroso

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32667/ijid.v4i1.43

Abstract

Pendahuluan: Surveilans Health-care Associated Infections (HAIs) atau kejadian infeksi terkait pelayanan kesehatan dapat dilakukan baik secara aktif maupun pasif sesuai sumber daya yang dimiliki. Penelitian ini bertujuan mengetahui insidensi dan perbandingan hasil surveilans pasif dan aktif 4 jenis HAIs di RSUD Provinsi Nusa Tenggara Barat periode Januari-Oktober 2017. Empat jenis HAIs tersebut adalah Ventilator-associated Pneumonia (VAP), Catheter-associated Urinary Tract Infection (CAUTI), Central Line-associated Blood Stream Infection (CLABSI) dan Surgical Site infection (SSI). Metode: Surveilans pasif menggunakan data sekunder dengan menelusuri rekam medis, sedangkan surveilans aktif berdasarkan laporan Tim Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI). Hasil: Tidak ada perbedaan indikator yang digunakan dalam form VAP dan CLABSI pada surveilans pasif dan aktif. Namun pada form CAUTI dan SSI tidak mencantumkan gejala infeksi dan gejala panas di lokasi infeksi pada surveilans aktif. Perbandingan hasil surveilans pasif dan aktif berturut-turut adalah VAP 24,9 dan 0 per 1.000 ventilator days, CAUTI 49 dan 12 per 1.000 catheter days, CLABSI 18 dan 9 per 1.000 central line days, serta SSI 1,9 dan 1,4%. Kesimpulan: Ada perbedaan insidensi keempat jenis HAIs pada surveilans pasif dan aktif, karena penggunaan metodologi yang berbeda.
Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kepatuhan Berobat Pada Penderita Tuberkulosis Paru Ulfah Ulfah; Cicilia Windiyaningsih; Zainal Abidin; Farida Murtiani
The Indonesian Journal of Infectious Diseases Vol. 4 No. 1 (2018): The Indonesian Journal of Infectious Diseases
Publisher : Rumah Sakit Penyakit Infeksi Prof Dr. Sulianti Saroso

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32667/ijid.v4i1.44

Abstract

Latar Belakang: Kepatuhan pasien dalam minum obat merupakan faktor penting dalam keberhasilan suatu pengobatan TB paru. Tingginya angka putus berobat mengakibatkan tingginya kasus resisten obat. Metode: desain studi kasus kontrol (Case Control Study) menggunakan data primer dan sekunder. Sampel penelitian ini adalah seluruh pasien TB Paru yang berobat di Puskesmas Cipunagara Tahun 2015 sampai Juni 2017. Besar sampel 68 yang terdiri dari 84 kasus dan 84 kontrol yang diambil dengan teknik consecutive sampling. Analisis data dilakukan secara univariat, bivariat dengan uji chi square dan multivariat dengan regresi logistik berganda. Hasil: faktor yang berhubungan dengan kepatuhan pengobatan TB paru adalah dukungan keluarga (Pvalue=0.003; OR=2,956), jenis kelamin (Pvalue=0,045; OR=1,961), pendidikan (Pvalue=0,045; OR=1,962), pekerjaan (Pvalue=0.043; OR=1,989), pengetahuan (Pvalue=0,005; OR= 2,529), efek samping obat ((Pvalue=0,045; OR=1,961), peran PMO (Pvalue=0,000; OR=3,500), jarak fasilitas kesehatan (Pvalue=0,044; OR= 1,967), sikap petugas (Pvalue=0,020; OR=2,172). Faktor yang tidak berhubungan dengan kepatuhan pengobatan TB paru adalah pendapatan (Pvalue=0,164) dan usia (Pvalue=0.535). Kesimpulan: faktor dominan yang berhubungan dengan kepatuhan pengobatan TB Paru adalah peran PMO. Oleh karena itu diperlukan pelatihan bagi kader-kader TB (PMO) untuk meningkatkan pengetahuan TB, kemampuan menjaring suspek TB dan membantu meningkatkan kepatuhan pengobatan.
Analisis Hubungan Faktor Lingkungan Fisik Terhadap Keberadaan Jumlah Nyamuk Aedes Aegypti di Kota Bandung obin sarwita; Bachti Alisjahbana; Dwi Agustian
The Indonesian Journal of Infectious Diseases Vol. 4 No. 1 (2018): The Indonesian Journal of Infectious Diseases
Publisher : Rumah Sakit Penyakit Infeksi Prof Dr. Sulianti Saroso

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32667/ijid.v4i1.45

Abstract

Latar belakang : Penyakit dengue sampai saat ini belum dapat dikendalikan dengan baik. Transmisi virus dengue ke manusia disebabkan oleh interaksi yang kompleks dan dinamis oleh beberapa faktor diantaranya lingkungan fisik, biologi dan sosial. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan lingkungan fisik dengan keberadaan nyamuk Aedes aegypti penyebab penyakit dengue di Kota Bandung. Metode : Penelitian ini merupakan studi ekologi dangan pendekatan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh bangunan rumah di Kota Bandung. Besar sampel sebanyak 160 rumah yang terpilih dengan multistage random sampling. Data keberadaan jumlah nyamuk diperoleh dari alat perangkap nyamuk yang dipasang di 16 kelurahan. Analisis bivariat menggunakan korelasi rank spearman, uji man whitney dan kruskal walis. Analisis multivariate menggunakan regresi zero inflated poisson. Hasil : Luas ventilasi, kepadatan hunian, jumlah baju menggantung, kelembaban udara dan suhu udara tidak berkorelasi dengan jumlah nyamuk Aedes aegypti, sedangkan penampungan air positif jentik positif jentik memiliki korelasi positif dan signifikan terhadap jumlah nyamuk Aedes aegypti (p=0.017). Hasil analisis menggunakan regresi Zero Inflated Poisson, ,tidak ada variabel yang signifikan dengan nilai p>0,05 dan nilai AIC=360. Kesimpulan: Ada korelasi positif dan signifikan antara tempat penampungan air positif jentik dengan jumlah nyamuk Aedes aegypti. Analisis dengan model zero inflated poisson tepat digunakan pada penelitian ekologi dimana observasi dengan nilai nol lebih banyak ditemukan. 
Peran Sistem Tata Udara dalam Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Di Ruang Isolasi Airborne RSPI Prof. Dr. Sulianti Saroso Tahun 2017 Titi Sundari; Vivi lisdawati; Jahiroh Jahiroh; Deki Indrawanto; Farida Murtiani; Yohana Yohana; Maya Marinda Montain; Temmasonge Radi Pakki; Rita Rogayah
The Indonesian Journal of Infectious Diseases Vol. 4 No. 1 (2018): The Indonesian Journal of Infectious Diseases
Publisher : Rumah Sakit Penyakit Infeksi Prof Dr. Sulianti Saroso

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32667/ijid.v4i1.56

Abstract

Latar belakang : Sistem tata udara di ruang isolasi dirancang untuk mengurangi/menghilangkan penyebaran agen infeksius dengan cara menciptakan ruangan yang bertekanan negatif dan pergantian udara >12 Air Change per Hour (ACH) serta menggunakan hepafilter. Studi ini bertujuan menilai sistem tata udara ruang isolasi RSPI Prof. Dr. Sulianti Saroso dalam rangka pencegahan dan pengendalian infeksi yang disebabkan oleh airborne diseases. Metode : Studi cross sectional menggunakan data hasil pengukuran volume dan pergantian udara pada 11 kamar isolasi. Pengukuran dilakukan sebanyak dua kali yaitu pada awal dan setelah waktu pemeliharaan berkala. Data dianalisis mengacu pada standar nasional dan internasional. Hasil : Data volume udara pada pengukuran I, dikoridor: 585,89 M3; anteroom I-XI : -8,52 s/d 49,07 M3; kamar pasien I-XI: 0,1 s/d 11,65 M3; toilet -214,55 s/d -10,29 M3. Data pengukuran II, volume udara dikoridor: 259,32 M3; anteroom I-XI : 4,53 s/d 18,13 M3; kamar pasien I-XI: 0,24 s/d 11,65 M3; toilet -69,15 s/d -30,11 M3. Aliran udara mengalir dari ruang dengan volume tinggi menuju ke ruang dengan volume lebih rendah. Data pergantian udara pada pengukuran I, kamar pasien I-XI: 6,2 s/d 12,8 ACH. Data pengukuran II, kamar pasien I-XI: 12,11 s/d 12,99 ACH. Pengendalian infeksi semakin efektif dengan pergantian udara > 12 ACH. Kesimpulan : Sistem tata udara berperan penting dalam pencegahan dan pengendalian infeksi di ruang isolasi airborne. Hal ini perlu ditunjang dengan pemeliharaan dan pemeriksaan berkala agar besaran volume, pertukaran dan aliran udara sesuai standar

Page 1 of 1 | Total Record : 5


Filter by Year

2018 2018


Filter By Issues
All Issue Vol. 9 No. 1 (2023): The Indonesian Journal of Infectious Disease Vol. 8 No. 2 (2022): The Indonesian Journal of Infectious Disease Vol. 8 No. 1 (2022): The Indonesian Journal of Infectious Disease Vol 7, No 2 (2021): The Indonesian Journal of Infectious Disease Vol. 7 No. 2 (2021): The Indonesian Journal of Infectious Disease Vol. 7 No. 1 (2021): The Indonesian Journal of Infectious Disease Vol 7, No 1 (2021): The Indonesian Journal of Infectious Disease Vol. 6 No. 2 (2020): The Indonesian Journal of Infectious Disease Vol 6, No 2 (2020): The Indonesian Journal of Infectious Disease Vol. 6 No. 1 (2020): The Indonesian Journal of Infectious Disease Vol 6, No 1 (2020): The Indonesian Journal of Infectious Disease Vol. 5 No. 2 (2019): The Indonesian Journal of Infectious Disease Vol 5, No 2 (2019): The Indonesian Journal of Infectious Disease Vol 5, No 1 (2019): The Indonesian Journal of Infectious Disease Vol. 5 No. 1 (2019): The Indonesian Journal of Infectious Disease Vol. 4 No. 2 (2018): The Indonesian Journal of Infectious Diseases Vol 4, No 2 (2018): The Indonesian Journal of Infectious Diseases Vol. 4 No. 1 (2018): The Indonesian Journal of Infectious Diseases Vol 4, No 1 (2018): The Indonesian Journal of Infectious Diseases Vol 3, No 2 (2016): The Indonesian Journal of Infectious Diseases Vol. 3 No. 2 (2016): The Indonesian Journal of Infectious Diseases Vol. 3 No. 1 (2016): THE INDONESIAN JOURNAL OF INFECTIOUS DISEASES Vol 3, No 1 (2016): THE INDONESIAN JOURNAL OF INFECTIOUS DISEASES Vol 2, No 2 (2015): THE INDONESIAN JOURNAL OF INFECTIOUS DISEASES Vol 2, No 1 (2015): THE INDONESIAN JOURNAL OF INFECTIOUS DISEASES Vol 1, No 01 (2013): The Indonesian Journal of Infectious Diseases Vol 1, No 3 (2013): The Indonesian Journal of Infectious Diseases Vol 1, No 2 (2013): The Indonesian Journal of Infectious Diseases More Issue